Bisnis

Aplikasi Pembaca Barcode Produk tak Bisa Identifikasi Perusahaan Lokal Go Public Terafiliasi Israel

Aplikasi NO!THANKS. (Foto: istimewa)
Aplikasi NO!THANKS. (Foto: istimewa)

BISNIS -- Pemilik saham perusahaan terafiliasi Israel di perusahaan-perusahaan lokal yang sudah tercatat sebagai perusahaan publik di bursa saham tidak bisa diidentifikasi melalui aplikasi dengan membaca barcode produk. Padahal melalui kepemilikan saham di perusahaan-perusahaan lokal publik ini, aliran dananya akan tetap mengalir ke Israel.

Saat diberitahu perihal adanya perusahaan-perusahaan lokal yang terafiliasi Israel ini, Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI), Amirsyah Tambunan, mengatakan, akan mengeceknya terlebih dahulu melalui aplikasi NO!THANKS.

“Ya, harus kita cek lagi agar tidak salah,” ujar Amirsyah dalam keterangannya pada Selasa (11/6/2024).

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Sementara, pengamat pasar modal dan praktisi investasi, Desmond Wira, mengatakan cara kerja aplikasi NO!THANKS ini adalah dengan membaca barcode produk. Menurutnya, dari barcode produk ini yang akan diketahui hanya perusahaan pembuatnya saja.

Menurut Desmond, aplikasi tersebut tinggal mencocokkan produk yang discan apakah termasuk daftar yang diboikot atau tidak. Tapi, lanjutnya, sebelumnya pembuat aplikasi sudah membuat list daftar perusahaan yang diboikot.

“Jadi, aplikasi tersebut tidak bisa mengetahui siapa pemilik saham perusahaannya. Cuma mengetahui siapa perusahaan yang membuat produk tersebut,” jelas Desmond.

Pengamat Konflik Timur Tengah dan Diplomasi Indonesia yang juga akademisi Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Masyrofah, merasa kaget mendengar informasi tersebut. Ia meminta agar perusahaan-perusahaan lokal yang memang terafiliasi dengan Israel itu dibuka saja ke publik. “Keterbukaan ke publik ini penting karena publik juga harus mengetahuinya,” ucapnya.

Masyrofah juga meminta masyarakat agar meriset lebih jauh perusahaan-perusahaan lokal yang terafiliasi dengan Israel itu melalui kepemilikan saham publiknya. “Melihat fenomena ini, ke depannya kita harus lebih teliti dan jeli terhadap hal ini. Artinya, produk-produk ini juga harus kita tracing lagi, kita telusuri dan juga diklarifikasi dan dijelaskan kepada publik agar publik tahu,” tegasnya.

Yang jelas, kata Masyrofah, masyarakat harus teredukasi secara detail mengenai adanya perusahaan-perusahaan lokal yang terafiliasi dengan Israel ini. “Untuk itu perlu ada kerja sama dari semua kalangan untuk sama-sama mensosialisasikan hal ini,” katanya.

Sebelumnya, aktivis pro-Palestina Aresdi Mahdi mengatakan, tidak semua perusahaan lokal itu terbebas dari afiliasi dengan Israel. Karena itu, ia meminta masyarakat untuk melakukan cross check terhadap semua perusahaan lokal utamanya yang sudah go public untuk mengetahui apakah mereka berafiliasi dengan Israel atau tidak.

“Bahwa perusahaan lokal itu didirikan di lokal benar. Tapi semua perbendaharaan dari perusahaan lokal itu perlu dilakukan cross check lagi, apakah mereka terafiliasi dengan Israel atau tidak,” ujar Aresdi.

Begitu pula, lanjut Aresdi, jika brand-nya itu dibeli dari perusahaan-perusahaan yang berasal dari negara pendukung Israel, meskipun menjadi perusahaan lokal. Menurut dia, perusahaan lokal itu tetap harus membayar royalti. “Royalti itulah yang kemudian mengalir ke Israel,” ucapnya.

Mengenai sejauh mana afiliasi perusahaan-perusahaan lokal itu terhadap Israel, Aresdi menyebut besarnya bervariasi di setiap perusahaan. “Ini memang belum terbuka selama ini di masyarakat karena tidak semua orang memahami mengenai perusahaan go public ini dan bagaimana aliran dananya,” jelas dia.