News

Masyarakat Diminta Berhati-hati dan tak Asal Ikutan Boikot karena Bisa Menjadi Bumerang

Ketua Dewan Pakar Pusat Studi Siyasah dan Pemberdayaan Masyarakat (PS2PM) Yogyakarta, Dr M Muslich KS. (Foto: PS2PM)

NEWS -- Masyarakat diminta agar berhati-hati dan tidak asal ikutan dalam mengikuti seruan boikot. Sebab, boikot dapat menjadi bumerang jika tidak dilakukan secara seksama dan terukur.

Ketua Dewan Pakar Pusat Studi Siyasah dan Pemberdayaan Masyarakat (PS2PM) Yogyakarta, Dr M Muslich KS mengatakan, boikot yang tidak terukur dapat berbuah gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada masyarakat. Maka dari itu, ia meminta masyarakat memiliki strategi yang tepat agar tidak jatuh korban dari masyarakat.

"Dalam konteks isu (boikot) jangan ada korban kalau bisa. Tapi strategi boikot itu kita pola sedemikian rupa sehingga menjadikan isu itu tidak menjadi sesuatu bumerang bagi kita," kata Muslich dalam siaran persnya, Senin (16/9/2024).

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Salah satunya adalah dengan mendorong kebijakan di level pemerintah agar tidak lagi berhubungan secara government to government (G2G) dengan Israel. Seperti diketahui, meski Indonesia dan Israel tidak memiliki hubungan diplomatik formal, namun kedua negara tetap menjaga kontak perdagangan, pariwisata, dan keamanan.

Menyitir Kementerian Perdagangan (Kemendag) RI, impor dari Israel untuk Indonesia meningkat ratusan persen secara tahunan (yoy). Pada periode Januari hingga April 2024, impor Israel ke Indonesia meningkat 336 persen secara yoy menjadi 29,2 juta dollar AS atau setara dengan Rp 479,6 miliar.

Perdagangan antarkedua negara tidak hanya sampai pada produk fisik semata, namun juga software atau perangkat lunak mata-mata. Sejak tahun 2017, sejumlah perusahaan asal Israel ditengarai telah menjual teknologi penyadapan ke Indonesia seperti Pegassus untuk menyadap perangkat elektronik.

Investigasi Amnesty International menemukan teknologi dan alat-alat penyadapan itu dipesan sejumlah lembaga negara, di antaranya Polri dan Badan Sandi dan Siber Nasional (BSSN).

Muslich menyebut, melalui pemutusan relasi G2G, tekanan ekonomi dapat lebih dirasakan oleh Israel. Hal itu tentunya akan lebih berdampak pada agresi militer Israel kepada Palestina.

"Yang harus kita lakukan sehingga dampak boikot sendiri akan dapat bermanfaat untuk kepentingan politik luar negeri kita terkait dengan agresi itu," ucap Muslich menjelaskan. "Bagaimana strategi kita (boikot) jalan tapi korban jangan sampai terjadi yang begitu dahsyat."

Menurut Muslich, tanpa boikot, ekonomi Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Oleh karena itu, tidak perlu aksi tambahan yang dapat memperparah kondisi ekonomi.

Lemahnya ekonomi Indonesia saat ini dibuktikan dengan pernyataan Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) yang menyebut Indonesia mengalami deflasi yang selama empat bulan berturut-turut. Hal itu mengindikasikan daya beli masyarakat yang melemah.

Selain itu, gelombang PHK semakin marak. Data Kementerian Ketenagakerjaan RI menyebut jumlah buruh korban PHK menembus 46 ribu orang sepanjang tahun 2024.

"Tidak ada upaya boikot saja pengangguran di Indonesia itu kan sekarang sudah pada titik yang sangat mengkhawatirkan," tegas Muslich.