Serba Serbi

Hanya Lantaran Sebuah Apel Perang Troya Meletus

 Lukisan Blick auf das brennende Troja (Jatuhnya Troya) oleh Johann Georg Trautmann (1713–1769).
Lukisan Blick auf das brennende Troja (Jatuhnya Troya) oleh Johann Georg Trautmann (1713–1769).

Pada Perang Troya, para prajurit Yunani bersembunyi di dalam Kuda Troya yang berukuran raksasa yang ditujukan sebagai pengabdian kepada Poseidon. Kuda Troya tersebut menurut para petinggi Troya dianggap tidak berbahaya, dan diizinkan masuk ke dalam benteng Troya yang tidak dapat ditembus oleh para prajurit Yunani selama kurang lebih 10 tahun perang Troya bergejolak.

Pada malam harinya, pasukan Yunani keluar dari perut kuda kayu tersebut dan akhirnya merebut Kota Troya.

Banyak orang yang familiar dengan Kuda Troya, namun sedikit yang mengetahui jika Perang Troya hanya disebabkan oleh hal sepele, sebuah apel.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Menurut Mitologi Yunani, Perang Troya dipicu oleh perselisihan di antara tiga dewi Yunani: Hera, Athena, dan Aphrodite, yang bersaing untuk mendapatkan sebuah apel emas yang disebut "Apel Kebuntuan" atau "Apel Sengketa." Apel tersebut awalnya dilemparkan oleh Eris, dewi perselisihan.

Paris, seorang pangeran Troya, diminta untuk memilih dewi mana yang layak menerima apel tersebut. Masing-masing dewi berjanji memberikan hadiah yang luar biasa. Paris akhirnya memilih Aphrodite, yang menawarkan hadiah cinta dari wanita paling cantik di dunia, yaitu Helen, istri Raja Menelaus dari Sparta.

Ketika Paris membawa pulang Helen, ini memicu kemarahan Menelaus dan memulai serangkaian peristiwa yang mengarah pada Perang Troya. Banyak pahlawan dan dewa terlibat dalam perang ini, yang terkenal dalam kisah epik "Iliad" karya Homer.

Perang berlangsung selama bertahun-tahun dan berakhir dengan pengepungan Troya, di mana kota itu dihancurkan oleh pasukan Yunani yang dipimpin oleh Odysseus dan Aias.