News

Studium Generale Unkris, Prof Gayus: Yayasan Berperan Penting dalam Kelola Lembaga Pendidikan Tinggi

Ketua Pembina Yayasan Universitas Krisnadwipayana (Unkris) sekaligus mantan Hakim Agung RI, Prof Gayus Lumbuun, saat menyampaikan materi di Studium Generale Unkris di Pendopo Kampus Unkris, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (9/10/2024). (Foto: Republika Network)
Ketua Pembina Yayasan Universitas Krisnadwipayana (Unkris) sekaligus mantan Hakim Agung RI, Prof Gayus Lumbuun, saat menyampaikan materi di Studium Generale Unkris di Pendopo Kampus Unkris, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (9/10/2024). (Foto: Republika Network)

NEWS -- Yayasan pendidikan memainkan peran penting dalam memiliki dan mengelola lembaga pendidikan tinggi di Indonesia. Melalui peran yayasan yang signifikan, sebuah lembaga pendidikan dapat melahirkan alumni-alumni yang berkualitas dan berdaya saing.

"Yayasan juga berperan penting mengenalkan berbagai bentuk keilmuan melalui proses pembelajaran atau perkuliahan yang diselenggarakannya," ujar Ketua Pembina Yayasan Universitas Krisnadwipayana (Unkris) sekaligus mantan Hakim Agung RI, Prof Gayus Lumbuun, di sela Studium Generale yang digelar Unkris di Bekasi, Jawa Barat, pada Rabu (9/10/2024).

Mengambil tema Yayasan Sebagai Badan Penyelenggara Pendidikan: Menuju Unkris Unggul, kegiatan tersebut menghadirkan pembicara penting Ketua Pembina Yayasan Unkris yang sekaligus mantan Hakim Agung Prof Gayus Lumbuun, Advokat senior sekaligus Ketua Pengurus Yayasan Unkris Amir Karyatin SH, Alumni Program Doktor Ilmu Hukum Dr Donny Cahyadi Foeng SH MH, dan alumni program doktor Prof Dr Ir Firmanto Laksana SH MM, MH CLA.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Menurut Prof Gayus sebagai lembaga yang sifatnya pengabdian kepada masyarakat, yayasan merupakan lembaga bisnis nirlaba. “Ini harus dipahami oleh masyarakat bahwa yayasan menyelenggarakan kegiatan tidak berfokus mencari untung. Yayasan yang bergerak di bidang pendidikan seperti Yayasan Unkris bisa menghasilkan produk berupa alumni-almuni yang berkualitas,” jelas dia.

Prof Gayus mengakui pada praktiknya hampir semua yayasan pendidikan pernah mengalami kegoncangan. Ini terkait dengan banyaknya persaingan-persaingan di dalam tubuh yayasan itu sendiri. “Tetapi sejauh secara akademik baik-baik saja, tidak apa, fine. Justru persaingan-persaingan itu bisa saling membangun. Pro-kontra selalu ada tetapi tujuannya sama,” tegas dia.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Yayasan Unkris Amir Karyatin SH menyampaikan bahwa Unkris didirikan pada tahun 1958 oleh 12 tokoh, di mana dua di antaranya adalah menteri. Ke-12 tokoh tersebut mewakili sebagian besar suku di Indonesia sehingga banyak yang menyebut sebagai miniatur Indonesia.

“Kalau kemudian Unkris banyak melahirkan pejabat menteri atau pejabat publik lainnya, memang sejarahnya dari dulu seperti itu,” jelas Amir.

Amir memastikan bahwa keberadaan yayasan adalah untuk mendukung operasional universitas. Dukungan tersebut tidak sekadar membangun kampus dan melengkapi sarana parasarana, tetapi juga membuat sejumlah terobosan seperti kerja sama minimarket, pembangunan klinik kesehatan, gedung pertemuan atau pendopo, dan lainnya.

“Semuanya itu kami bangun untuk mendukung mindset sivitas akademika untuk jadi entrepreneur yang dikemas dalam bentuk yang produktif dan inovatif,” kata Amir menandaskan.

Dalam kegiatan studium generale tersebut, Prof Gayus membawakan makalah berjudul 'Keraguan yang Masuk Akal Versus Tidak Masuk Akal' yang diambil dari tulisan David B Allison, Gregory Pavela, Ivan Oransky berjudul Reasonable Versus Unreasonable Doubt yang merupakan ilmu baru dalam bidang keilmuan yang muncul dan diakui oleh kelompok akademisi pada abad ke-17. Keraguan timbul karena merupakan sifat manusia yang melingkupi kehidupan manusia.

Menurut Prof Gayus, masih sangat langka orang membahas tentang ‘keraguan’. Padahal ‘keraguan’ itu bisa saja timbul dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam proses pengelolaan Unkris.

Prof. Gayus lantas menantang para mahasiwa bahwa pembahasan mengenai ‘keraguan’ merupakan tawaran keilmuan yang masih sangat langka yang disampaikan melalui studium generale ini.

Sementara itu, Dr Donny Cahyadi dan Prof Dr Firmanto Laksana yang hadir sebagai alumni program Doktor Unkris lebih banyak menyampaikan testimoni bagaimana selama kuliah di Unkris dan kenggulan-keunggulan yang dimiliki Unkris yang dapat dijadikan sebagai dasar bagi Unkris menuju perguruan tinggi unggul.

Berita Terkait

Image

Berantas Mafia Peradilan, Para Akademisi: Peran Lembaga Pendidikan dan Proses Rekrutmen Sangat Penting

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

email: caricuan.republika@gmail.com