Greenhope Perluas Pasar Ekspor Lewat Rangkaian Event Internasional 2025

JAKARTA -- Greenhope, perusahaan rintisan teknologi bioplastik dan plastik cepat terurai alami asal Indonesia, menegaskan komitmennya sebagai pemain global lewat partisipasi dalam sejumlah ajang internasional sepanjang 2025. CEO Greenhope, Tommy Tjiptadjaja, hadir sebagai pembicara, juri, sekaligus exhibitor untuk memperkenalkan solusi bioplastik yang disesuaikan dengan kebutuhan lokal di berbagai negara.
Pada Mei 2025, Greenhope menjadi panelis sekaligus exhibitor di SusHi Tech Tokyo 2025, forum global yang mempertemukan startup, investor, hingga pemerintah di Tokyo Big Sight. Greenhope menyoroti peran teknologi bioplastik dalam menjawab tantangan sampah perkotaan di Jepang serta membuka peluang kolaborasi riset.
Pada Agustus 2025, Tommy Tjiptadjaja didapuk sebagai juri di One ASEAN Startup Award 2025 Pre-Event, bagian dari Techsauce Global Summit 2025 di Bangkok, Thailand. Ajang ini diorganisasi oleh ERIA, JETRO, dan Digital Economy Promotion Agency Thailand (Depa). Selain menjadi juri, Greenhope juga menggelar pertemuan bisnis dengan pelaku usaha lokal untuk menjajaki peluang ekspor produk bioplastik ke Thailand.
Pada September 2025, Greenhope hadir di World Expo 2025 Osaka. Perusahaan menjadi exhibitor di Indonesia Pavilion, tampil sebagai pembicara di Blue Ocean Dome (17 September), serta melakukan presentasi di Osaka Springboard, bagian dari Tech Osaka Summit (16 September). Ajang tersebut dihadiri investor dan pebisnis global dari Amerika Serikat, Swiss, serta berbagai negara lain.
Menurut Tommy, teknologi bioplastik tidak bisa diterapkan seragam di semua negara. Greenhope selalu menyesuaikan solusi dengan konteks masalah sampah, regulasi, serta kesiapan infrastruktur tiap negara.
"Teknologi bioplastik yang kami kembangkan tidak bersifat satu untuk semua. Greenhope selalu menyesuaikan solusi dengan konteks masalah sampah, regulasi, dan infrastruktur tiap negara,” ujar Tommy dalam siaran pers, Kamis (2/10/2025).
Tommy menegaskan, misi Greenhope dalam setiap kunjungan luar negeri adalah memperluas pasar ekspor sekaligus menyesuaikan teknologi dengan kebutuhan lokal.
Dalam World Expo 2025 Osaka yang berlangsung pada 15-21 September 2025, Greenhope menghadirkan rangkaian solusi kemasan ramah lingkungan yang relevan untuk berbagai jenis usaha, mulai dari tas belanja, tekstil, hingga produk food & beverage (F&B). Tak tanggung-tanggung, sekitar 56 produk unggulan dipamerkan, mencakup bioplastik, biodegradable additive, serta berbagai bentuk kemasan yang sudah digunakan oleh beragam merek ternama.
Greenhope merupakan perusahaan teknologi yang fokus dalam pengelolaan sampah plastik dengan penggunaan bahan berkelanjutan. Salah satu konsep yang diusung adalah Return to Earth yang menawarkan solusi berbasis biodegradable dan bio untuk mengatasi polusi sampah plastik dan krisis iklim.
Greenhope menyediakan beberapa produk yang menunjang prinsip berkelanjutan. Pertama, Ecoplas, berupa bioplastik sebagai lapisan penutup tempat pembuangan akhir (TPA) ramah lingkungan. Inovasi asli Indonesia yang sudah dipatenkan di Amerika Serikat, Singapura, dan Indonesia ini sejalan dengan Permen PU Nomor 3 Tahun 2013.
Ecoplas terbuat dari bahan dasar tepung singkong binaan petani lokal. Ecoplas lebih aman karena tidak mudah terbakar dibandingkan penutup plastik konvensional.
Ecoplas juga membuat usia TPA lebih panjang dengan harga 50 persen lebih murah ketimbang penutup dari tanah.
Ecoplas Routine Landfill Cover memenuhi persyaratan teknis atau fungsional dengan mencegah masuknya air hujan dan mengendalikan bau sehingga dapat menghambat penyebaran penyakit, mengurangi polusi gas metana, dan emisi karbondioksida yang menjadikan kualitas udara dan lingkungan lebih bersih.
Kedua, Naturloop yang merupakan kemasan plastik ramah lingkungan berbahan dasar nabati. Bahan nabati yang digunakan juga tidak diperuntukkan bagi makanan sehingga tidak mengganggu bahan pangan di masyarakat.
Ketiga, Oxium, yakni bahan aditif berbentuk biji plastik yang berfungsi untuk mendegradasi plastik melalui proses oksidasi dan biodegradasi. Proses degradasi plastik yang semula membutuhkan waktu ratusan tahun dipercepat menjadi dua sampai lima tahun dan tidak meninggalkan residu mikroplastik.
(***)
