Serba Serbi

Perang Boshin, Perjalanan Panjang Keshogunan Jepang Menjadi Negara Modern

 Samurai klan Satsuma bertempur di pihak kekaisaran semasa Perang Boshin. Foto:  Felice Beato)
Samurai klan Satsuma bertempur di pihak kekaisaran semasa Perang Boshin. Foto: Felice Beato)

Perang Boshin adalah perang saudara di Jepang dari tahun 1868 hingga 1869 antara Keshogunan Tokugawa dan faksi yang ingin mengembalikan kekuasaan politik ke tangan kekaisaran. Perang ini melibatkan perjuangan antara kelompok yang mendukung Kekaisaran Meiji dan para pendukung Keshogunan Tokugawa.

Sebelum Perang Boshin, Jepang diperintah oleh Keshogunan Tokugawa, sebuah pemerintahan feodal dengan kekuasaan terpusat di tangan shogun.Salah satu hal unik dari perang ini adalah ketimpangan dalam teknologi persenjataan, dimana pasukan Keshogunan yang jumlahnya berkali kali lipat pasukan kekaisaran kalah dalam pertempuran karena dengan percaya diri mempercayai jika katana mereka dapat membelah peluru.

Perang Boshin adalah perang saudara yang melibatkan bakufu (samurai syogun) dengan militer kaisar. Pada awalnya, peperangan berlangsung cukup berimbang. Namun, seiring berjalannya waktu, Tokugawa menyadari bahwa ia berada pada posisi yang terdesak. Jelas saja, pasukan samurai Jepang mengalami kekalahan jika harus berhadapan dengan senjata mesin.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Dengan bantuan asing, kaisar akhirnya berhasil merebut kekuasaannya kembali. Tokugawa Yoshinobu menyerahkan kekuasaan politik ke tangan kaisar. Jumlah pasukan kaisar memang lebih sedikit, namun dapat mendesak pasukan Tokugawa karena dibekali dengan senjata-senjata canggih milik bangsa barat.

Perang Boshin adalah tonggak sejarah akan kemajuan Jepang. Perang ini memiliki dampak signifikan pada perubahan politik, sosial, dan ekonomi Jepang, serta menjadi pemicu bagi modernisasi negara itu. Salah satu dampak terpenting dari Perang Boshin adalah runtuhnya Keshogunan Tokugawa. Setelah kemenangan kelompok kekaisaran, Keshogunan Tokugawa dihapuskan, dan Kaisar Meiji menjadi pemimpin de facto Jepang.

Perang Boshin mengilhami upaya modernisasi militer Jepang. Pemerintah Meiji mengadopsi model militer Barat dan melakukan modernisasi angkatan laut dan darat untuk meningkatkan kemampuan pertahanan negara. Jepang kemudian menjadi kekuatan militer yang kuat di wilayah Asia Timur.

Pada masa pemerintahan Meiji, sistem feodal secara resmi dihapuskan. Kebijakan pembaruan tanah dan penghapusan hak milik kebangsawanan mengakhiri struktur sosial feodal di Jepang dan menggantikannya dengan sistem sentralisasi yang modern.

Perang Boshin adalah perang saudara di Jepang yang terjadi karena pihak bangsawan hendak mengembalikan kekuasaan ke tangan kaisar. Perang berawal dari rasa tidak puas kalangan bangsawan dan samurai usia muda atas lunaknya kebijakan keshogunan terhadap orang asing.

Selama lebih dari 200 tahun, Jepang pernah dipimpin oleh shogun. Seharusnya, pucuk kepemimpinan berada di tangan kaisar. Laman Britannica mencatat bahwa kekuasaan kesyogunan di Jepang bertahan sejak 1603 hingga 1867. Periode pemerintahan di bawah kendali syogun dinamakan dengan zaman Edo.

Meskipun beberapa syogun memerintah Jepang dengan bijaksana, tak jarang para syogun juga memerintah Jepang dengan otoriter dan semena-mena. Kondisi ini membuat banyak rakyat dan elemen politik pendukung kaisar menjadi jenuh dan muak. Namun, menurunkan seorang syogun adalah hal yang terlihat mustahil.

Pasalnya, Syogun Jepang memiliki kekuasaan yang dianggap setara dengan kaisar. Bahkan, sebagian besar samurai-samurai hebat dan pasukan militer Jepang akan mendukung syogun karena memang mereka tunduk pada sistem hierarki. Akhir zaman Edo juga merupakan sebuah era saat bangsa barat dan teknologinya mulai masuk ke Jepang.

Syogun yang berdiri di atas nilai-nilai bushido (kode etik samurai) sudah pasti menolak bangsa asing. Mereka menganggap bahwa keberadaan bangsa asing hanya akan merusak dan menjajah Jepang. Ironisnya kebijakan isolasi tersebut membuat Jepang tertinggal dari negara barat dan membuat Shogun terpaksa melunak terhadap barat. Kebijakan ini mendapat pertentangan dari rakyat dan juga pendukung kaisar.

Perang Boshin menandai awal dari Era Meiji (1868-1912), yang menjadi periode modernisasi dan transformasi besar-besaran di Jepang. Pemerintah Meiji meluncurkan serangkaian reformasi yang luas, termasuk modernisasi militer, sistem pendidikan, administrasi pemerintahan, dan ekonomi.

(Damar Pratama Yuwanto/berbagai sumber)