Kolom

Tahap Perkembangan Kognitif Anak Bisa Berbeda

Perkembangan kognitif anak/ilustrasi. (Foto: pexels/retizen.republika.co.id)
Perkembangan kognitif anak/ilustrasi. (Foto: pexels/retizen.republika.co.id)

Oleh Damar Pratama Yuwanto, Mahasiswa Psikologi Program Sarjana Magister (Sarmag) Universitas Gunadarma

Anak yang tumbuh dan berkembang seiring dengan usianya tentu menjadi dambaan setiap orang tua. Selain pertumbuhan fisik yang optimal, perkembangan kognitif seorang anak yang terus berkembang tentu juga menjadi harapan semua orang tua.

Kemampuan kognitif merupakan keterampilan yang mengacu pada kapasitas otak yang digunakan untuk melaksanakan tugas apapun, baik tugas sederhana sampai tugas kompleks.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Pada anak usia dini, kemampuan kognitif diartikan sebagai seberapa jauh kemampuan anak untuk berpikir, memahami, mengeksplorasi, dan mencari tahu saat stimulasi berlangsung. Stimulasi bisa berangkat dari hal-hal yang ada di sekitar anak-anak, sesuai dengan cakupan respons panca indra mereka.

Secara alamiah, perkembangan kognitif ini akan menentukan seberapa cerdas seorang anak di masa depan.

Lev Vygotsky adalah seorang ahli psikologi Uni Soviet (Rusia) yang terkenal dengan teori perkembangan kognitif dan konsep zona perkembangan proximal (ZPD). Ia mengemukakan bahwa interaksi sosial dan lingkungan memainkan peran penting dalam perkembangan kognitif pada anak-anak.

Teorinya sering dibandingkan dengan teori Jean Piaget asal Swiss yang menekankan lebih pada perkembangan individu secara internal.

Piaget dan Vygotsky adalah dua tokoh terkemuka dalam psikologi perkembangan yang memberikan kontribusi besar terhadap pemahaman tentang perkembangan kognitif anak. Berikut adalah perbedaan utama antara teori dari kedua tokoh tersebut.

1. Proses Perkembangan Kognitif

Jean Piaget

Tahapan Perkembangan:

Piaget mengusulkan bahwa perkembangan kognitif terjadi melalui serangkaian tahap yang kaku dan berurutan. Tahapan tersebut adalah:

a. Sensorimotor (0-2 tahun): Anak belajar melalui pengalaman sensorik dan gerakan.

b. Praoperasional (2-7 tahun): Anak mulai menggunakan simbol (seperti kata-kata dan gambar) untuk mewakili objek.

c. Operasional Konkret (7-11 tahun): Anak mulai berpikir logis tentang acara konkret tetapi mengalami kesulitan dengan konsep abstrak.

d. Operasional Formal (11+ tahun): Anak dapat berpikir secara abstrak dan menguji hipotesis.

Proses Internal:

Menurut Piaget, anak-anak secara aktif membangun pemahaman mereka tentang dunia melalui proses asimilasi (mengintegrasikan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada) dan akomodasi (mengubah skema yang ada untuk mengakomodasi informasi baru).

Lev Vygotsky

Zona Perkembangan Proksimal:

Vygotsky memperkenalkan konsep zona perkembangan proksimal (ZPD), yang merujuk pada rentang tugas yang dapat dilakukan anak dengan bantuan dan bimbingan dari orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.

Peran Sosial dan Budaya:

Vygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial dan konteks budaya dalam perkembangan kognitif. Menurutnya, perkembangan kognitif anak sangat dipengaruhi oleh bahasa dan interaksi sosial dengan orang lain.

Scaffolding:

Vygotsky menekankan konsep scaffolding, di mana orang dewasa atau teman sebaya memberikan dukungan yang tepat untuk membantu anak mencapai tugas yang berada di luar kemampuan mereka saat ini.

2. Peran Sosial dalam Perkembangan

Jean Piaget

Menganggap perkembangan kognitif sebagai proses yang lebih individualistik. Menurut Piaget, interaksi sosial penting tetapi tidak sekrusial dalam teori Vygotsky.

Lev Vygotsky

Menekankan bahwa perkembangan kognitif tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial dan budaya. Interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya dianggap sangat penting untuk perkembangan kognitif.

Baca selanjutnya...