PM-BEM Unsoed Berdayakan Warga Desa Kaliori Banyumas Lewat Singkong dan Jagung untuk Kokohkan Ketahanan Pangan
BANYUMAS -- Melalui Program PKM Mahasiswa Berdampak 2025 yang digagas Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) RI, tim dosen dan BEM Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) menghadirkan gerakan nyata pemberdayaan masyarakat di Desa Kaliori, Banyumas, Jawa Tengah. Kegiatan ini mendapat dukungan pendanaan dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) – Ditjen Riset dan Pengembangan Kemdiktisaintek.
Menurut Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Unsoed, Prof. Dr. Norman Arie Prayogo, SPi., M.Si., Program Mahasiswa Berdampak (PM-BEM) merupakan inisiatif nasional untuk mengintegrasikan riset, teknologi, dan pengabdian dalam satu ekosistem pemberdayaan yang kolaboratif antara dosen, mahasiswa, masyarakat, dan pemerintah desa.
"Program ini menempatkan mahasiswa bukan sekadar pembelajar, tetapi agen perubahan sosial yang membawa sains dan teknologi ke tengah masyarakat. Melalui pendekatan challenge-based community engagement, mahasiswa BEM berperan sebagai inisiator, sementara dosen bertindak sebagai pembimbing dan penerap hasil riset perguruan tinggi yang siap terap," kata Prof Norman pada awal November 2025.
Prof Norman menambahkan, program ini menjadi wujud nyata implementasi Tridarma Perguruan Tinggi, serta mendukung pencapaian Asta Cita—khususnya cita ke-1 (pembangunan manusia unggul), ke-4 (pemerataan pembangunan ekonomi), dan ke-7 (transformasi sosial menuju masyarakat berkeadilan)—serta selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama SDG-1 (No Poverty), SDG-2 (Zero Hunger), dan SDG-8 (Decent Work and Economic Growth).
Ketua PM-BEM Kaliori, Prof. Dr. Ir. Nur Aini, STP., MP., menjelaskan bahwa program ini ditujukan untuk meningkatkan nilai tambah komoditas lokal singkong dan jagung melalui pengembangan produk hilir inovatif serta membangun sistem pemasaran digital berbasis sosiopreneurship.
Adapun produk berbasis hasil riset yang telah memiliki HKI-paten, yang diproduksi di program ini adalah produk olahan singkong (tepung singkong termodifikasi atau mocaf, mie mocaf, biscuit mocaf, tepung premix aneka bakeri mocaf) dan produk olahan jagung (tepung jagung, susu jagung, yoghurt jagung, dan cookies jagung). Pendekatan ini tidak hanya menciptakan produk unggulan desa, tetapi juga ekosistem ekonomi digital lokal yang digerakkan oleh generasi muda dan kelompok perempuan.
Pelaksanaan program ini, lanjut Prof Nur Aini, terbukti mampu: 1) Mentransformasi kapasitas masyarakat dari pelaku subsisten menjadi pelaku usaha berbasis inovasi; 2) mendirikan unit usaha digital desa dengan branding dan pemasaran daring produk olahan pangan lokal; 3) Meningkatkan literasi kewirausahaan digital bagi kelompok PKK dan UMKM Pangan Lokal; dan 4) Menjadikan Desa Kaliori sebagai model replikasi pengembangan ekonomi lokal berbasis inovasi pangan yang siap diterapkan di desa lain.
"Bagi perguruan tinggi, program ini memperkuat posisi Unsoed sebagai kampus berbasis riset dan pengabdian berdampak; bagi mahasiswa, program ini dapat menjadi wahana pembelajaran transformatif lintas disiplin; dan bagi masyarakat, program ini terbukti mampu menciptakan peluang ekonomi dan ketahanan pangan," jelas Prof Nur Aini.
Nailafaiza Utaryo, satu dari 20 anggota BEM Unsoed yang berpartisipasi di program ini mengatakan, kegiatan yang dilaksanakan di Kaliori meliputi: 1) Pelatihan dan pendampingan produksi MOCAF dan olahan jagung sehat dengan pendekatan teknologi pangan tepat guna; 2) Pendirian pusat inkubasi “Kaliori Digital Foodpreneur Hub” untuk pelatihan desain kemasan, branding, dan penjualan daring; 3) Workshop literasi digital dan pengelolaan media sosial usaha desa bagi kelompok mitra sasaran; 4) Penerapan sistem pencatatan produksi dan penjualan berbasis aplikasi sederhana; 5) Peningkatan mutu produk dan legalitas usaha melalui sertifikasi PIRT dan Halal.
"Kegiatan difokuskan pada dua mitra utama: Kelompok Usaha PAORI sebagai mitra produktif, dan Kelompok PKK Desa Kaliori sebagai mitra sosial non-produktif yang menjadi motor edukasi keluarga dalam ketahanan pangan rumah tangga," cetus Nailafaiza.
Koordinator Pusat Inovasi dan Hilirisasi LPPM Unsoed Dr. Santi Dwi Astuti menyatakan bahwa program ini diharapkan menjadi model nasional pemberdayaan masyarakat desa berbasis digital sosiopreneurship. Unsoed berkomitmen menjadikan Desa Kaliori sebagai desa binaan berkelanjutan yang terintegrasi dengan ekosistem Diktisaintek Berdampak—mendorong hilirisasi inovasi kampus, memperkuat peran mahasiswa sebagai pemimpin sosial, serta mempercepat pencapaian Indonesia Emas 2045 melalui ketahanan pangan dan ekonomi inklusif desa.
“Mahasiswa berdampak bukan hanya slogan. Ini adalah gerakan konkret untuk membangun bangsa dari desa—dengan ilmu, empati, dan teknologi,” kata Dr Santi menandaskan.
Tentang Program di Desa Kaliori
Sementara itu, Desa Kaliori, Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas, memiliki luas wilayah sekitar 750,76 hektare dengan jumlah penduduk lebih dari 10.000 jiwa. Desa ini memiliki potensi sumber daya alam berupa komoditas unggulan singkong dan jagung, namun pemanfaatannya masih bersifat konvensional dan belum berbasis teknologi.
Mitra 1, Bakeri Paori, adalah kelompok usaha produktif yang terdiri dari 23 anggota, memproduksi roti, kue kering, dan camilan dari bahan lokal. Kelompok ini memiliki semangat tinggi, namun masih terkendala alat produksi, mutu produk, legalitas, dan manajemen usaha. Mitra 2, PKK Desa Kaliori, merupakan kelompok non-produktif dengan 21 anggota aktif. Kegiatan mereka lebih bersifat sosial, seperti posyandu dan pelatihan keterampilan. Namun, kelompok ini memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi pelaku usaha mikro berbasis pangan lokal karena struktur sosial yang kuat dan keterlibatan perempuan yang tinggi.
Masalah utama di desa dan mitra sasaran meliputi: 1) Belum optimalnya pemanfaatan singkong dan jagung sebagai bahan pangan bernilai tambah; 2) Keterbatasan alat produksi dan belum adanya teknologi pengolahan yang tepat guna; 3) Mutu produk belum konsisten dan belum memenuhi standar pasar; 4) Ketiadaan legalitas usaha (PIRT, halal), serta minimnya akses ke pasar digital; 5) Rendahnya kapasitas manajemen produksi, SDM, dan pemasaran; 6) Belum adanya sistem kelembagaan usaha yang kuat dan berkelanjutan.
Solusi yang ditawarkan melalui program ini mencakup: 1) Penerapan teknologi produksi tepung singkong termodifikasi (mocaf) dan tepung jagung fermentasi berbasis inokulum Bimo CF; 2) Produksi pangan olahan berbasis tepung termodifikasi: mie mocaf, brownies, cookies, snack bar, egg rolls; 3) Pengembangan SOP, pengemasan, label gizi, uji mutu, serta pengurusan legalitas; 4) Pelatihan manajemen produksi, pembukuan, strategi pemasaran, dan pemasaran digital; 5) Pendampingan teknis rutin dan pembentukan kelembagaan usaha desa yang mandiri.
Tim pengusul memiliki bidang kajian Teknologi Pangan dan Gizi, berpengalaman dalam riset pangan lokal,pangan fungsional, dan produk bebas gluten, serta pemberdayaan masyarakat desa. Anggota pengusul lain adalah di bidang perikanan dan pemberdayaan masyarakat, khususnya aspek manajemen dan pemasaran.Ketiga dosen memiliki rekam jejak dalam kegiatan Matching Fund, Kosabangsa, serta berbagai hibah riset dan pengabdian masyarakat yang relevan dengan tema ini.
Teknologi dan Inovasi yang Diterapkan merupakan hasil penelitian yang siap untuk diterapkan di masyarakat, telah memiliki paten baik dengan status granted maupun terdaftar. Teknologi yang diterapkan di mitra 1 (Bakeri Paori), yaitu : 1) Produksi tepung mocaf termodifikasi (fermentasi terkendali Bimo CF); 2) Produk hilir: mie mocaf, brownies, biscuit, egg rolls bebas gluten.
Di mitra 2 (PKK Kaliori), yaitu : 1) Produksi tepung jagung fermentasi bebas gluten; 2) Produk olahan: cookies jagung dan snack bar (pangan darurat, tinggi kalori) Metode pelaksanaan mencakup enam tahapan utama: 1) Sosialisasi program bersama mitra dan perangkat desa; 2)Pelatihan teknis: produksi, mutu, manajemen, digital marketing; 3) Penerapan teknologi: praktik langsung produksi di lokasi mitra; 4) Pendampingan berkala untuk keberlanjutan produksi dan manajemen usaha; 5) Evaluasi dan monitoring: logbook, checklist, kunjungan lapang; 6) Tindak lanjut dan keberlanjutan: penyusunan jadwal produksi, kelembagaan, dan rencana pasar.
Program ini terbukti dapat: 1) memproduksi produk pangan lokal fungsional berbasis tepung termodifikasi; 2) memperoleh Legalitas produk: PIRT dan Halal; 3) SOP produksi dan manajemen yang terstandar; 4) Peningkatan kapasitas produksi dan kualitas produk; 5) Peningkatan akses pasar dan keberlanjutan usaha mitra; 6) Transformasi mitra dari kelompok pasif menjadi pelaku usaha aktif.
Desa Kaliori berkontribusi melalui: 1) Penyediaan ruang produksi dan sarana pelatihan; 2) Dukungan koordinasi kelembagaan desa dan fasilitasi legalitas. Kontribusi mitra 1 (Bakeri Paori): 1) Menyediakan bahan baku dan tenaga kerja; 2) Menjalankan proses produksi secara rutin dan mengurus perizinan usaha.
Kontribusi mitra 2 (PKK Kaliori): 1) Menyediakan ruang kegiatan, bahan tambahan, dan kader pelaksana; 2) Berperan sebagai agen promosi konsumsi pangan sehat di tingkat rumah tangga.
Sebanyak 20 mahasiswa BEM Unsoed dari berbagai prodi (Teknologi Pangan, Gizi, Fisika, Agroteknologi, Bahasa Inggris, Komunikasi, Ilmu Politik, Administrasi Publik) dilibatkan aktif dalam: 1) Pelatihan dan pendampingan teknologi; 2) Produksi dan manajemen produk; 3) Pemasaran digital dan penyusunan dokumen kegiatan.
Program ini berkontribusi langsung pada IKU Perguruan Tinggi: (1) mahasiswa aktif di luar kampus, (2) dosen berkegiatan di masyarakat, (3) implementasi hasil riset dan inovasi. Selain itu juga mendukung Asta Cita 2 (daya saing rakyat), Asta Cita 5 (kualitas hidup manusia), dan Asta Cita 8 (revolusi karakter bangsa). Kontribusi pada SDGs, khususnya SDG 1 (Tanpa Kemiskinan), SDG 2 (Tanpa Kelaparan), SDG 8 (Pertumbuhan Ekonomi), dan SDG 12 (Konsumsi dan Produksi Bertanggung Jawab).
Dengan pendekatan teknologi tepat guna, penguatan kelembagaan lokal, dan keterlibatan aktif mahasiswa, program ini diharapkan menjadi role model transformasi desa menuju desa tangguh pangan, berdaya saing, dan berkelanjutan.
(***)