Bisnis

Paling Serius Urusi Sampah Plastik, Danone Aqua Jadi Pelopor Ekonomi Sirkular

Aqua Danone merupakan salah satu produsen pelopor ekonomi sirkular yang cukup aktif dan serius mengurusi sampah plastik. (Foto: Danone Indonesia)
Aqua Danone merupakan salah satu produsen pelopor ekonomi sirkular yang cukup aktif dan serius mengurusi sampah plastik. (Foto: Danone Indonesia)

BISNIS -- Konsep tentang ekonomi sirkular makin sering digaungkan. Ini lantaran kian parahnya eksploitasi sumber daya alam (SDA) dan lingkungan.

Menurut Direktur Lingkungan Hidup, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Medrilzam, manusia saat ini sudah hidup dalam era yang melampaui batas (the overshoot era). Sistem ekonomi linear yang usang selama ini hanya menerapkan sistem ambil-pakai-buang. Hal itu berujung mengancam keberlanjutan hidup spesies, mencemari tanah, air, hingga menyebabkan naiknya suhu global.

"Ekonomi sirkular adalah model ekonomi yang bertujuan meminimalkan penggunaan SDA. Gampangnya, suatu produk harus didesain memiliki daya guna selama mungkin, dan mengembalikan sisa proses produksi dan konsumsi ke dalam rantai nilai. Konsep ini lebih dari sekadar pengelolaan sampah, tapi menekankan pada efisiensi sumber daya, dan kita harus melihat keseluruhan rantai nilai," ujar Medrilzam dilansir dari laman brin.go.id, Rabu (5/6/2024).

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Konsep ekonomi sirkular memang tak berfokus hanya pada daur ulang sampah semata, namun juga turut berperan memperpanjang siklus hidup dari suatu produk, bahan baku, dan sumber daya yang ada agar dapat dipakai selama mungkin.

Konsep ini juga melibatkan banyak pihak sehingga ada keberlangsungan ekonomi yang sirkular. Namun sayangnya belum banyak produsen yang menerapkan sistem ini.

Sudah menjadi rahasia umum, beberapa brand besar turut menyumbang sampah plastik. Dari kantong sekali pakai, kemasan produk makanan, minuman maupun berbagai keperluan rumah tangga yang banyak berserakan di sudut-sudut jalan maupun di tepian sungai, pesisir, hingga tengah laut.

Hal itu diperparah dengan buruknya tata kelola sampah di negeri ini. Tak heran, pemerintah dari masa ke masa selalu menjadikan permasalahan sampah sebagai isu penting yang digarap dari berbagai pemangku kepentingan termasuk pelaku industri sampai produsen.

Tanggung jawab produsen kepada sampah dan limbahnya diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga (PP 81/2012).

Aturan tersebut menjelaskan bahwa para produsen pada dasarnya wajib untuk mengelola kemasan dan/atau barang yang produksinya sulit atau bahkan tidak dapat diurai oleh alam. Kewajiban itu wujud dari pelaksanaan Extended Producer Responsibility (EPR) sebagai strategi komprehensif pemerintah untuk dapat melakukan pengelolaan sampah dan limbah.

Tak hanya itu, produsen juga harus menyusun program pendauran ulang sebagai bagian dari usaha atau kegiatannya, hingga menggunakan bahan baku produksi yang dapat didaur ulang, dan menarik kembali sampah dari produk yang diproduksi untuk didaur ulang.

Sayangnya, itu tak selalu sejalan dengan brand yang menguasai pasar. Audit yang dilakukan Break Free From Plastic baru-baru ini menyebutkan daftar top plastic polluters di Indonesia, yakni Wings Group, Mayora Indah, Indofood, hingga Unilever.

Di sisi lain, Tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) menunjukkan, Indofood, Wings Food, Mayora, Unilever, dan Ajinomoto mendominasi tumpukan sampah di tepi sungai, danau dan pantai di Indonesia.

Baca selanjutnya...