Bisnis

Paling Serius Urusi Sampah Plastik, Danone Aqua Jadi Pelopor Ekonomi Sirkular


Lalu bagaimana dengan sistem pengolahan sampahnya? Dari beberapa daftar di atas memang menyatakan telah menjalani program daur ulang. Namun upaya melibatkan berbagai lini dari hulu ke hilir nyatanya tak mudah. Berbagai konsep daur ulang yang telah ditawarkan produsen lantas tak bertahan lama dan putus di tengah jalan.

Direktur Pengurangan Sampah pada Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Berbahaya Kementerian LHK Vinda Damayanti Ansjar mengatakan, saat ini terdapat 20 ribu bank sampah. Namun, sebagian besar bank sampah tidak aktif dan praktis mati suri karena tidak mampu berjejaring dengan pihak off-taker atau pembeli.

“Sampah plastik tersebut bermuara di tempat pembuangan akhir (TPA) saja tanpa ada perputaran sehingga konsep ekonomi sirkular tidak terwujud,” ujar Vinda kepada wartawan beberapa waktu lalu.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

AQUA Produsen Paling Serius Urusi Sampah Plastik

Peran produsen dalam menerapkan ekonomi sirkular tentu sangat berpengaruh. Berbagai penanganan sampah yang melibatkan masyarakat dari hulu ke hilir mulai dilakukan.

Aqua Danone merupakan salah satu produsen pelopor ekonomi sirkular yang cukup aktif dan serius mengurusi sampah plastik.

Sustainable Development Director Danone Indonesia, Karyanto Wibowo, menyampaikan, sejumlah inisiasi Danone Aqua dalam mendukung upaya Pemerintah Indonesia menanggulangi sampah plastik demi keberlangsungan ekonomi sirkular.

Secara konsisten Danone Aqua punya tiga fokus utama, yaitu pengembangan infrastruktur pengumpulan sampah plastik, edukasi konsumen dan inovasi atas kemasan yang digunakan, termasuk kemasan galon guna ulang.

"Saat ini, 70 persen bisnis Danone-AQUA merupakan produksi air minum dengan kemasan galon guna ulang yang praktiknya telah sepenuhnya sirkular," kata Karyanto.

Aqua juga sudah lebih dari 10 tahun menghilangkan tutup plastik bening pelapis tutup botol karena dianggap tidak penting, dan sulit didaur ulang, tapi minuman tetap terjaga keamanannya tanpa harus menambah timbulan sampah.

Senada, Peneliti Ekonomi Lingkungan Lembaga Penyelidikan Ekonomi Masyarakat Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI), Bisuk Abraham Sisungkunon, juga mengungkap salah satu kendala mandeknya proses ekonomi sirkular lantaran berbagai industri menggunakan jenis plastik berbeda yang minim nilai ekonomis.

"Mungkin kita sama-sama paham bahwa sampah plastik dapat didaur ulang, namun butuh waktu dan biaya tambahan dalam proses pengumpulan dan penyortiran. Ini karena industri menggunakan plastik yang berbeda saat membuat kemasan sehingga pengepul perlu memisahkan kemasan sekali pakai, label, dan juga tutupnya," kata Bisuk.

Baca selanjutnya...