Kolom

Perkembangan Karakter Utama Anime Demon Slayer dari Sudut Pandang Filsafat dan Psikologi

Poster Anime Demon Slayer Movie. (Foto: Anime Demon Slayer)
Poster Anime Demon Slayer Movie. (Foto: Anime Demon Slayer)

Oleh Damar Pratama Yuwanto, Mahasiswa Psikologi Program Sarjana Magister (Sarmag) Universitas Gunadarma

Di dalam anime "Kimetsu no Yaiba" (Demon Slayer), terdapat beberapa elemen dan konsep yang dapat dikaitkan dengan filsafat Dokkodo, terutama dalam hal karakterisasi dan prinsip-prinsip yang dipegang oleh beberapa karakter utama.

Dokkodo adalah sebuah panduan filsafat yang ditulis oleh Miyamoto Musashi, seorang samurai legendaris dari Jepang pada abad ke-17. Dokkodo diterjemahkan sebagai "Jalan Menuju Kehidupan Tunggal" atau "Jalan Hidup Tunggal".

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Ini adalah kumpulan prinsip dan ajaran yang mencerminkan pemikiran Musashi tentang bagaimana seseorang harus menjalani kehidupan dengan kebijaksanaan, integritas, dan kesederhanaan. Dokkodo menekankan kemandirian, penerimaan atas kematian, dan penolakan terhadap dunia yang terlalu berlebihan atau materi.

Dalam konteks perkembangan psikologi seperti yang diajukan oleh psikolog klinis dan perkembangan asal Amerika Serikat, James E Marcia, konsep identitas diri mengacu pada bagaimana seseorang mengeksplorasi dan berkomitmen terhadap berbagai aspek dalam kehidupannya, seperti nilai-nilai, keyakinan, dan peran sosial.

Mari kita aplikasikan konsep ini pada karakter Tanjiro Kamado dari anime Demon Slayer.

Untuk menjelaskan bagaimana teori James Marcia menggambarkan perkembangan karakter Tanjiro Kamado menuju nilai-nilai filsafat Dokkodo Miyamoto Musashi, kita bisa melihatnya dari perspektif tahapan identitas yang Marcia gambarkan, yang meliputi difusi, moratorium, pencarian, dan pencapaian identitas.

Berikut adalah beberapa bentuk filsafat Dokkodo dan perkembangan identitas yang bisa dilihat dalam anime ini:

1. Kemandirian dan Keteguhan Hati serta Identitas Difusi

Prinsip pertama dalam Dokkodo adalah terima segalanya apa adanya. Tokoh utama, Tanjiro Kamado, menunjukkan kemandirian yang kuat dan keteguhan hati dalam mengejar tujuannya untuk menyelamatkan adiknya yang telah menjadi iblis. Ini mencerminkan nilai-nilai kemandirian yang dipromosikan dalam Dokkodo.

Tanjiro secara emosional menerima kenyataan bahwa takdir telah membuat keluarganya meninggal dan adiknya, Nezuko, berubah menjadi iblis. Meskipun tidak dapat mengubah masa lalu atau peristiwa yang telah terjadi, Tanjiro memilih untuk bereaksi dengan cara yang positif dan produktif.

Di dalam cerita, Tanjiro menunjukkan keteguhan hati yang kuat untuk terus maju, menemui tantangan, dan melindungi orang-orang yang dicintainya. Meskipun awalnya terpukul dan berduka, ia menemukan kekuatan dalam perasaan positif dan tekadnya untuk menjalani kehidupan yang bermakna dan bertanggung jawab. Ini sejalan dengan prinsip penerimaan kenyataan dalam filsafat Jepang, di mana menerima takdir tidak hanya berarti pasif menerima, tetapi juga aktif menanggapi dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang dipegang teguh.

Dengan cara ini, Tanjiro memperlihatkan sikap yang bisa dikaitkan dengan filsafat seperti yang terdapat dalam Dokkodo atau nilai-nilai serupa yang menekankan kemandirian, keteguhan hati, dan tanggung jawab terhadap tindakan dan nasib yang telah diterima.

Pada awal cerita, Tanjiro mungkin dapat dikaitkan dengan tahap difusi identitas difusi. Ia awalnya hidup dalam keadaan yang relatif damai di desanya, tanpa pengalaman besar yang mempengaruhi nilai-nilai dan identitasnya secara signifikan. Namun, kehidupannya berubah drastis ketika keluarganya diserang oleh iblis yang memulai proses pencarian identitasnya melalui kemandirian dan keteguhan hati.

Ini adalah tahap di mana individu belum melakukan eksplorasi serius terhadap pilihan-pilihan yang tersedia dalam hidup. Mereka mungkin tidak memiliki komitmen yang jelas terhadap nilai-nilai, keyakinan, atau tujuan tertentu. Contohnya, seseorang mungkin masih mencoba-coba berbagai pekerjaan atau gaya hidup tanpa komitmen yang jelas.

2. Kesederhanaan, Keterampilan, dan Moratorium Identitas

Konsep kesederhanaan dalam Dokkodo ditekankan melalui latihan keras dan pengembangan keterampilan. Tanjiro dan karakter lainnya seperti Giyu Tomioka menunjukkan dedikasi yang mendalam terhadap pelatihan dan pengembangan keterampilan bertarung mereka.

Dalam prinsip ke-4 Dokkodo, Mushashi mengajarkan untuk memikirkan diri sendiri secukupnya dan mendalam terhadap dunia. Tujuan Tanjiro dalam berjuang adalah untuk melindungi adiknya, Nezuko, dan juga untuk melindungi orang-orang agar tidak lagi menjadi korban iblis.

Tujuan hidup Tanjiro tidaklah terkait dengan mencari ketenaran atau pengakuan orang lain seperti tokoh dalam anime Naruto yang ingin menjadi Hokage, Asta yang bercita-cita menjadi Kaisar Sihir, atau Deku yang ingin menjadi pahlawan nomor 1. Sebagai seorang pendekar pedang, Tanjiro sesuai dengan prinsip-prinsip Samurai Dokkodo Miyamoto Musashi yang menekankan pada keberanian, kejujuran, dan perlindungan terhadap yang lemah.

Baca selanjutnya...