Pustaka

Wizards Heavens Gate: Prolog

Wizards Heaven’s Gate/ilustrasi. (Foto: Pixabay)

Novel oleh Damar Pratama *)

Kapal luar angkasa raksasa berbentuk seperti ular sanca melayang dengan tenang. Cahaya biru dari pantulan bintang-bintang mengiluminasi permukaan kapal, menciptakan bayangan aneh di dinding-dinding metaliknya yang mengkilap.

Kapal raksasa itu milik ras alien Reptilians. Ras ini berasal dari Planet Alpha Draconia yang gersang, tandus, dan keras. Mereka makhluk yang dikenal karena teknologi yang canggih namun juga memiliki kecenderungan agresif. Setiap planet atau dunia yang menjadi incaran mereka akan hancur lebur tak tersisa.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Bangsa Reptilians hidup di dunia yang telah kehilangan semua harapan dan keindahan alam. Mereka sedang dalam usaha menciptakan "Heaven’s Gate" sebuah portal yang bisa membuka gerbang ke dunia lain. Para Reptilians itu ingin menemukan surga.

Planet Alpha Draconia yang berada di ujung Galaksi Bimasakti kini sudah hancur akibat ditelan oleh sebuah lubang hitam karena itu Reptilians berusaha mencari dan kemudian menjajah planet planet baru. Mereka juga memiliki sekte yang menyakini jika bangsa Reptilians adalah kaum yang terpilih di alam semesta dan satu satunya bangsa yang berhak atas surga.

Ras Reptilians adalah mahluk yang sangat berhati-hati meskipun memiliki teknologi sangat futuristik dibanding dengan planet atau dunia baru yang dikunjunginya. Namun mereka tak serta merta asal bergerak dan bertindak untuk melakukan invasi.

Reptilians lebih suka melakukan infiltrasi dan menyamar menjadi berbagai pemimpin dunia dari planet atau dunia yang mereka taklukkan dengan kemampuan berubah wujud. Mereka selalu menanamkan dalam pikiran jika mereka bukan ras terkuat di alam semesta, mereka lebih suka berpikir jika ada orang yang lebih kuat dari mereka di dunia isekai maupun planet lain.

Reptilians pun sudah menginvasi Planet Bumi dengan tujuan untuk mengendalikan populasi manusia. Mereka melahap manusia sebagai sumber makanan atau untuk tujuan riset peradaban, mereka menyusup ke dalam posisi-posisi berpengaruh di dunia manusia.

Beberapa di antara mereka menyamar sebagai politisi, pejabat pemerintah, pemimpin bisnis, atau tokoh-tokoh berpengaruh lainnya. Dalam penampilan sebagai manusia,, Ras Reptilians menggunakan pengaruh dan kekuasaan untuk mengatur dan mengontrol masyarakat manusia, serta untuk memanfaatkan manusia sebagai sumber daya yang diperlukan.

Ras Reptilians memandang bumi sebagai kebun binatang kosmik. Awalnya mereka mengamati manusia tanpa ikut campur terhadap kehidupan layaknya manusia melihat binatang di kebun binatang sampai di suatu titik mereka berusaha menaklukkan bumi.

Reptilians juga menjadi dalang di balik berbagai kejadian besar di dunia seperti Perang Dunia II dan perlombaan luar angkasa antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.

Herodah M78 adalah kapal penjelajah utama dari armada Reptilians yang dirancang untuk menjelajahi ruang angkasa dan mampu membuka portal kuantum untuk pergi ke dimensi alam semesta lain. Mereka menjalankan misi ekspansi ke wilayah-wilayah baru. Namun, ada sesuatu yang sangat unik tentang kapal ini: meskipun tampak megah dan futuristik, Herodah M78 membawa beban yang menakutkan bagi berbagai ras di seluruh galaksi.

Ketika kapal ini terbang di atas planet atau koloni yang mereka kunjungi, tanpa perlu mendarat pun, Herodah M78 mampu melepaskan polusi yang sangat berbahaya. Ini bukan polusi konvensional seperti yang dikenal manusia, tetapi partikel energi negatif yang secara langsung mempengaruhi kesehatan dan keseimbangan alamiah manusia atau makhluk lain yang hidup di planet-planet yang dikunjungi Reptilians.

Ketika Herodah M78 melayang di atas sebuah koloni manusia yang damai, udara tiba-tiba terasa berat dan tercemar oleh energi yang mematikan. Tanaman dan hewan-hewan lokal mulai layu dan mati secara misterius, sementara manusia kelelahan dan terkena penyakit yang tidak bisa dijelaskan.

Para Reptilians dari Alpha Draconia menggunakan Herodah M78 sebagai alat untuk memperluas pengaruh dengan cara yang tidak langsung namun sangat efektif. Mereka tidak perlu berperang atau menaklukkan secara langsung; cukup dengan melayang di atas planet yang ingin dikuasai, mereka bisa melemahkan pertahanan dan sumber daya alam para penduduk setempat.

Sementara itu, di galaksi yang luas ini, banyak ras yang berusaha melawan pengaruh Reptilians yang memiliki teknologi mematikan. Pertempuran untuk kelangsungan hidup planet-planet dan koloni-koloni yang masih belum terjajah terus berlanjut, sementara Herodah M78 terus melayang di angkasa, menjadi simbol ancaman yang terus membebani kehidupan di berbagai penjuru galaksi bahkan seluruh alam semesta.

Kondisi hidup yang sudah nyaman merupakan puncak insting bertahan hidup dari serangkaian tragedi, musibah dan perang dalam sejarah manusia. Manusia tidak akan pernah mau melompati kondisi mereka yang sebenarnya sedang dimanipulasi oleh ras lain.

Padahal peperangan yang dihadapi manusia merupakan tempat inovasi penemuan dan teknologi. Hanya dari tantangan dan rasa sakit manusia berinovasi. Sayangnya, manusia hanya selalu ingin berada di zona nyaman, stagnan tanpa rasa sakit ataupun tujuan, tapi menderita seolah hidup tak memiliki arti.

Dunia pun lalu mengecil, dan di atasnya melompat-lompat si manusia terakhir yang membuat segala sesuatunya menjadi kecil. Rasnya bagai kutu yang tidak dapat dibasmi.

Baca selanjutnya...