BEI Jabar: Investor di Jawa Barat Didominasi Investor Muda
BANDUNG – Kepala Bursa Efek Indonesia (BEI) Jawa Barat Achmad Dirgantara mengatakan, saat ini terdapat sekitar 13 juta Single Investor Identification (SID). di Indonesia. Dari jumlah tersebut, 2,8 juta diantaranya berasal dari Jawa Barat. Sedangkan dari sisi investor saham terdapat 6 juta SID, 1,2 juta investor saham di antaranya berada di Jawa Barat.
Menurutnya, pertumbuhan investor di Jawa Barat terus mengalami peningkatan, terutama di kalangan milenial. "Sekitar 80% investor di Jawa Barat berusia di bawah 40 tahun, dengan dominasi usia antara 20 hingga 40 tahun. Terutama, mereka yang berusia 20 hingga 30 tahun, yang umumnya masih kuliah," jelas dia.
BEI Jawa Barat terus melakukan penetrasi literasi dan inklusi investasi di kalangan muda. Upaya yang dilakukan dengan mendirikan 61 galeri investasi di Jawa Barat, tidak hanya di perguruan tinggi, tetapi juga di beberapa SMA.
"Galeri investasi ini memberikan edukasi yang lebih dini agar generasi muda, terutama milenial dan Gen Z, lebih memahami pentingnya investasi," tambah Achmad.
Hal ini sejalan dengan kampanye "Aku Investor Saham" yang diusung Bursa Efek Indonesia (BEI), generasi muda diajak untuk memahami dan memanfaatkan peluang yang ditawarkan melalui investasi saham.
Kampanye Aku Investor Saham akan digaungkan pada acara Capital Market Summit & Expo (CMSE) 2024 sebagai bagian dari peringatan 47 Tahun Diaktifkannya Kembali Pasar Modal Indonesia. Rangkaian kegiatan tahunan ini akan berlangsung pada 7-9 November 2024 di Main Hall BEI. Sejak pertengahan Agustus 2024, BEI sebagai penyelenggara telah melaksanakan serangkaian kegiatan literasi pasar modal melalui Road to CMSE 2024.
Penyelenggaraan acara CMSE 2024 sekaligus meramaikan Bulan Inklusi Keuangan yang telah dicanangkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). BEI berharap kegiatan ini dapat meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai investasi di pasar modal, serta dapat terhindar dari investasi bodong.
"Pasar modal adalah industri keuangan jangka panjang, berbeda dengan perbankan yang lebih berorientasi jangka pendek. Investor perlu memahami risiko dan potensi profit, serta menggunakan dana yang memang dialokasikan untuk investasi, bukan dari pinjaman,” imbuh Achmad.