News

Ketika Santri Bandung Belajar Membuat Kompos di Ajang Silatusantren

Instruktur membimbing pembuatan kompos bagi santri yang diikuti santri Pondok Pesantren Nurul Iman dan pesantren lainnya di kota Bandung pada gelaran Silatusantren di Bandung, Ahad (3/8/2025). (Foto Dok)

BANDUNG, REPUBLIKA NETWORK - Kegiatn Silaturahmi Berkesan ke Pondok Pesantren yang digagas Coklat Kita kembali digelar. Kali ini di Pondok Pesantren Nurul Iman di Jl. Cibaduyut Raya, Kelurahan Cibaduyut Wetan, Kecamatan Bojongloa Wetan, Kota Bandung, Minggu (3/8/2025).

Kegiatan ini merupakan menjadi titik ketujuh dari total 15 lokasi yang diselenggarakan di Jawa Barat. Program ini bertujuan memberikan edukasi pengelolaan sampah di lingkungan pondok pesantren.

Perwakilan dari Coklat Kita, Yudi Wate Angin mengatakan Pondok Pesantren Nurul Iman dipilih karena salah satu lokasi pesantren representative untuk wilayah perkotaan dengan jumlah santri yang besar.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Dengan banyaknya santri di Pontren tersebut. Maka dari itu, lanjunya menjadi salah satu target dalam edukasi pengelolaan sampah di program Silatusantren.

Perwakilan dari Coklat Kita, Yudi Wate Angin (kir) dan perwakilan Dewan Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Iman, H. Muhammad Fuad Syafi’i (kanan) menjawab pertanyaan wartawan di sela gelaran Silatusantren di Bandung, Ahad (3/8/2025).

Dalam kegiatan ini, para santri tidak hanya diajak memahami teori pengelolaan sampah, tapi juga langsung praktik membuat kompos dan dipandu langsung oleh mahasiswa dari Universitas Padjadjaran. Selain itu, Prima juga bertugas sebagai MC.

“Kami ingin menanamkan dan menumbuhkan serta memberikan edukasi bagaimana agar sampah-sampah atau limbah-limbah baik organik maupun yang non-organik bisa dikelola dan dimanfaatkan sebaik-baiknya agar lebih bisa memanfaatkan limbah-limbah yang ada di sekitaran mereka,” Yudi di sela-sela kegiatan Silatusantren.

Perwakilan Dewan Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Iman, H. Muhammad Fuad Syafi’i menyambut antusias program yang digagas Coklat Kita. Menurutnya, kegiatan ini sangat relevan dan berdampak langsung pada pembentukan karakter dan kepedulian lingkungan para santri.

Peserta pembuatan kompos memasukkan cacahan daun kering saat sesi praktik pembuatan kompos pada acara Silatusantren di Pondok Pesantren Nurul Iman, Cibaduyut, Bandung, Ahad (3/8/2025). (Foto Dok)

"Kami sangat berterima kasih. Edukasi seperti ini penting, apalagi kami punya 2.000 santri. Jika satu per satu paham dan menerapkan, maka perubahan besar bisa dimulai dari sini," ujar Fuad.

Menurut Fuad, pesantren juga sudah memiliki sistem pengelolaan sampah internal, namun kegiatan dari Coklat Kita ini memperkaya wawasan baru dan menambah inovasi dalam pengelolaan limbah.

Sampah yang sebelumnya hanya dipilah, kini bisa dikelola menjadi barang yang bermanfaat atau bernilai guna. Fuad mengungkapkan ponpes Nur Iman berdiri sejak didirikan tahun 1997 dengan pimpinan K.H. Khoiruludin Ali.

"Kami punya sekitar 10 pesantren unit dan komunitas masyarakat sekitar yang juga terlibat. Dulunya kami hanya memilah sampah, tapi dengan kegiatan ini kami jadi paham bahwa limbah bisa jadi barang bermanfaat. Ini akan kami tindak lanjuti," tambah Fuad.

Seorang santri memotret suasana pembacaaan Ikrar Santri tentang lingkungan di Pondok Pesantren Nurul Iman pada gelaran Silatusantren di Bandung, Ahad (3/8/2025). (Foto-foto Dok)

Hadir dalam kesempatan tersebut, dari Ponpes Sukamiskin, Ponpes Al Huda, Ponpes Nurul Iman, Ponpes Margasari Cijawura, Ponpes Daar At-Taubah, Ponpes Sirnamiskin.

Selain itu, Ponpes Khozinatul Rohman, Ponpes Al-Istiqomah Wanasari, Ponpes Al - Munawarah, Majelis Wakil Cabang se-Kota Bandung, PCNU Kota Bandung dan Kantor Kemenag Kota Bandung.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

email: caricuan.republika@gmail.com