Pengamat Persampahan Pertanyakan Izin Produksi Galon Sekali Pakai

Gaya Hidup  

"Tapi sekarang justru sudah terlanjur banyak beredar di masyarakat. Ini jadi pertanyaan sampai sekarang kepada pemerintah. Justru itu pertanyaan saya juga. Tidak masuk kepada izin produksi. Saya sampai sakit mikiri begituan," ujar Sri menegaskan. "Jadi, PR kita masih banyak. Banyak sekali kebijakan-kebijakan yang dibuat yang sebetulnya bukan ahli dari dokter sampah, tapi masih dari tukang obat, dokter palsu, yang seolah-olah obatnya lebih manis padahal pahit. Itu yang terjadi sekarang ini saya lihat. Kebijakan yang bukan dari ahli sampah.”

Ketua Umum InSWA Guntur Sitorus menambahkan, bicara mengenai pengelolaan sampah itu berarti bicara UU di mana pengelolaan sampah itu kegiatan yang sistematis berkesinambungan dan memerlukan pengurangan dan penanganan. “Jadi, ada pengurangan di situ. Kalau mengacu pada pengurangan itu, harusnya sampah jangan dibikin banyak-banyak, kalau bisa jangan ada sampah. Kan intinya begitu,” ucapnya.

Sementara, lanjut Guntur, produksi model galon sekali pakai akan menimbulkan sampah yang lebih banyak. “Justru harusnya pemerintah konsisten saja terhadap undang-undang mengenai pengurangan dan penanganan. Di situ kan filosofinya,” cetusnya.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Guntur menegaskan, jangan ada industri yang kisruh seolah-olah produksi sampahnya bisa didaur ulang seperti galon sekali pakai.

“Mereka kan hanya mengejar sirkular ekonomi. Itu nggak bener. Kenapa? Karena sirkular ekonomi itu kan sebenarnya satu cara untuk pemulihan material, tapi bukan berarti tujuannya itu. Jangan sampai untuk menghasilkan sirkular ekonomi yang banyak, hasilnya kita harus memproduksi sampah sekali pakai yang banyak,” kata Guntur menjelaskan.

Karena itu, menurut Guntur, di istilah sampah itu bukan produksi sampahnya tetapi timbulan sampah. Ia menambahkan, kalau sampah produksi itu sesuatu yang disengaja sama seperti memproduksi susu dan sepatu. “Tapi, kalau disebut timbulan sampah, di mana sampah itu timbul dari efek samping kegiatan yang tidak disengaja untuk menimbulkan sampah. Selama filosofi itu digunakan, semestinya galon sekali pakai itu harus dicegah,” tandasnya.

Menurut Guntur, solusi pengurangan sampah itu, dari proses produksinya harus didesain agar setelah mengonsumsi suatu produk, sisanya itu sekecil mungkin atau kalau bisa sama sekali tidak ada. “Jadi, jangan mengejar agar itu bisa menghasilkan sirkular ekonomi tapi malah menimbulkan jumlah sampah yang banyak,” katanya menegaskan.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image